Minggu, 26 Juni 2011

TEKNIK SIPIL = AGAMA

Judul tulisan ini terinspirasi dari tulisan seorang dosen yang mengajar di jurusan teknik sipil UPH (universitas Pelita harapan) yang judulnya “Ilmu Teknik Sipil = Ilmu Agama”. Menurut nya, semua ilmu bermuara pada tujuan yang sama yaitu memenuhi kebutuhan manusia untuk meningkatkan kualitas hidup umat manusia. kontropersi yang muncul
dari berbagai interpretator yang membaca tulisannya, terutama pembaca yang cara pandangnya sangat fundamental. Akhirnya setelah membaca beberapa komentar di milis tersebut, maka terlintaslah dipikiranku judul tulisan ini. Karena menurut saya Perkembangan ilmu pengetahuan merupakan konsekuensi logis dari makin meningkatnya pertumbuhan manusia, sehingga kebutuhan manusia pun semakin kompleks dan membutuhkan formasi-formasi baru dalam penataan sistem dan paradigm masyarakat. Hal seperti ini seakan telah terjawab jika kita merefleksikan Perkembangan masyarakat di eropa dan Negara-negara maju lainnya dimana pergerakan antara ilmu pengetahuan dan peningktan kebutuhan masyarakat berjalan seimbang. Keberhasilan ini tidak bisa kita liahat semata-mata karena takdir atau keajaiban yang jatuh dari langit. Tapi ini merupakan komitmen dan kesadaran msayarakat di Negara-negara tersebut untuk berbicara perubahan sesuai dengan kebuthan dan berangkat dari kekuatan dan potensi mereka masing-masing. Ini Bisa dilihat di lembar-lembar sejarah dan disana tertulis dengan jelas bahwa di Negara-negara maju, rata-rata mempunyai satu momentum penting yang merupakan sebuah tindakan sikap tegas untuk mengambil jalur revolusi baik itu budaya maupun lainnya. Seperti Jepang dengan restorasi meiji, eropa dengan renaissance, cina dengan revolusi budaya, dan lain sebagainya.
Nah berangkat dari hal tersebut diatas, saya mencoba merefleksikan, memposisikan disiplin ilmu yang saya geluti( teknik sipil) sesuai dengan kebutuhan masyarakat indonesia sekarang ini dengan memanfaatkan sumberdaya-sumberdaya yang kita miliki.
Tulisan ini adalah sebuah renungan dan bisa saja salah. Karena pada dasarnya tulisn ini sangat subyektif dan jauh dari kesempurnaan. Semoga bermanfaat bagi pembaca.
Tujuan utama dari tulisan ini bukanlah untuk mempertahankan gagasan atau abstraksi mengenai hubungan antara ilmu rekayasa dan transformasi sosial. Melainkan, untuk mencoba memahaminya melalui sekumpulan contoh –beberapa positif dan beberapa negatif—keadaan dan prasyarat di mana, dan bagaimana caranya, potensi hubungan ini terwujud.

1.SEKILAS TENTANG ILMU TEKNIK SIPIL.
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa ilmu teknik sipil adalah salah satu cabang ilmu teknik yang berbicara tentang konstruksi bangunan. Ada pendapat lain yang mengatakan mengatakan bahwa ilmu teknik sipil/ Ilmu rekayasa bangunan adalah ilmu yang mempelajari tentang bangunan yang ada di permukaan tanah. Seperti Gedung, Jembatan, Jalan Raya, Bendungan, Dll. Disiplin ilmu teknik sipil merupakan salah satu cabang ilmu teknik yang paling tertua di muka bumi. Kenapa demikian? Karena ilmu teknik sipil sangat erat dengan kebutuhan dimana infra struktur bangunan sangat mempengaruhi hubungan-hubungan produksi manusia dalam hidup bermasyarakat. Ini bisa kita lihat dari masa peradaban pertama di dunia, yaitu di Babilonia. Pada masa itu sudah ada bangunan-bangunan irigasi, jembatan, benteng, dll. Dan semua bangunan tersebut memiliki struktur yang cukup kompleks misalnya Taman Gantung, Piramida, dll. Hal ini juga bisa kita temukan di Indonesia seperti beberapa bangunan kuno masih ada sampai sekarang ini dan tidak kalah menariknya dengan yang ada di luar negeri yang juga memiliki struktur bangunan dukup kompleks seperti Candi Prambanan, Candi Borobudur, dll. Hal tersebut merupakan indiklasi bahwa para nenek moyang manusia sudah menemukan metode konstruksi sejak puluhan abad yang lalu. Perkembangan ilmu teknik sipil berjalan seiring dengan meningkatnya kebuuthan manusia.

2.Perkembangan dan kompleksitas kebutuhan manusia

Perkembangan spesies manusia di muka bumi sangat cepat. Dengan akal manusia mampu menyesuaikan diri dengan alam untuk memenuhi kebutuhannya. Ini seperti apa yang di bilang Karl Marx dalam Filsafat pekerjaan bahwa: “ alam dengan sendirinya belum sesuai dengan kebutuhan manusia, manusia harus merubah alam baru ia dapat hidup daripadanya...”. untuk dapat bertahan hidup, maka manusia dipaksa untuk menyesuaikan diri dengan alam agar dapat bertahan hidup. Pada Zaman batu. Manusia menjadikan Goa-goa sebagai tempat tinggal agar bisa berlindung dari alam. Seiring waktu bergulir, manusia terus bertarung dengan alam agar dia bisa memperoleh kenyamanan agar bisa melangsungkan hidup mereka dengan cara melakukan rekasaya terhadap alam sekitarnya untuk bisa memenuhi segala kehidupannya. Zaman mulai berubah, cara produksi manusia dengan berburu pun berakhir, mereka menemukan moda produksi baru yaitu bercocok tanam, untuk bisa menetap tempat pertanian mereka, membutuhkan rumah hunian untuk bisa berteduh dari panasnya terik matahari dan dinginnya malam. Atas kebutuhan-kebutuhan tersebut mulailah melakukan pembagian kerja, ada yang bertani, dan ada juga yang berburu, membuat senjata-senjata, dll.
Pada zaman bertani (menurut marx zaman komunal primitive) mulailah manusia melakukan eksperimentasi-eksperimentasi untuk menjawab sekian kebutuhannya yang belum terpenuhi. misalnya rumah hunian yang layak, sistem perairan( kalau dalam istilah sipil bangunan irigasi) dll. Perkembangan terus berlanjut sampai akhirnya masuk pada zaman modern dimana cara produksi manusia sudah masuk pada mode produksi industry, munculnya pabrik-pabrik, pelabuhan untuk perdagangan antar pulau atau daerah, dll. Dan perkembangan itu masih terus berlanjut sampaipada zaman kita sekarang ini.
Perkembangan industry dan teknologi sangat pesat, oleh karena itu membutukan prasarana infrastruktur yang memadai untuk mendukung hal tersebut. Tanpa dukungan dari infastruktur dan tata yang baik, bisa di jamin akan mengalami kehancuran di kemudian hari. Hal ini sudah terbukti jika kita mengamati beberapa fenomena yang terjadi di Indonesia. Terutama masalah kemiskinan, pendidikan, banjir, dll.

3.Fenomena Sosial
“Semut mati di lumbung gula…”
Indoensia merupakan salah satu Negara maritime di dunia, dan memiliki begitu banyak kekayaan alam yang melimpah-ruah. Sehingga mempengaruhi bangsa asing untuk datang berdagang sekaligus menajjah negeri kita yang tercinta ini. Sejak zaman kerajaan di nusantara, cara produksi masyarakat indoensia masih sangat tradisional, sehingga memberikan peluang kepada bangsa asing yang memiliki kemampuan teknik untuk mengelolah sumberdaya tersebut dengan metode dan cara modern ( dengan moda produksi industry ). Karena tidak mempunyai pendidikan yang cukup Akhirnya masayarakat kita tergantung dengan keahlian mereka dan dijajah oleh mereka. Ini yang kemudian yang menghambat perkembangan bangsa indoensia untuk bisa bersaing di dunia internasional. Selain itu, banyak sekali fenomena- fenomena social terjadi dimasyarakat dan tidak jarang dari fenomena tersebut berakhir dengan menyengsarakan masyarakat kita. Sebuah kenyataan tragis dari Negeri yang kaya Raya Namun melarat karena kemioskinan. Bahasa kerennya “ Semut Mati di Lumbung Gula”.


4.Dimana posisi seorang ilmu teknik sipil di tengah situasi social??

“ apakah perlu seorang ilmuan berbicara tentang social?....” (albert einstein)

Pertanyaan Einstein di atas sangat menarik jika kita mau menjawabnya. Terlepas dari apa jawaban dia, bagi saya sangat perlu sekali jika seorang insinyur, ilmuan, dll yang bergelut dibidang sains dan teknologi, sebab pada hakikatnya manusia itu adalah makhluk social. Dan munculnya sains tidak terlepas dari kebutuhan-kebutuhan manusia di dalam lingkungan sosialinya (dalam hal ini hidup bermasyarakat).

Seperti kita tahu bersama bahwa kondisi Indonesia sangat jauh dari apa yang di harapkan para pendiri bangsa yaitu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia. Perjuangan untuk memperoleh kemerdekaan 100% atas tanah, air, dan udara di counter dengan gerakan G-30 S 1965 dimana tumbangnya Jendral Revolusi Ir. Sukarno ( presiden RI dan lulusan teknik sipil ITB). Ideology Developmentisme (paham pembangunan) yang di anjurkan oleh para ekonom kapitalisme/neoliberalisme dan kumandankan di indonesia pada massa Rezim Orde baru selama 32 tahun tak kunjung membawa perubahan signifikan bagi masyarakat Indonesia.
pada massa Orde Baru, pembangunan ekonomi di indentikan dengan pembangunan infrastruktur. Percepatan pembangunan fisik di indoensia pada masa itu sama sekali tidak menyentuh ranah-ranah kebutuhan masyarakat. Gejolak Reformasi 1998 dengan menumbangkan Suharto sebagai jawaban atas kegagalan orde baru sampai hari ini belum juga memperlihatkan hasil apapun. Dikonteks jasa konstruksinya (dalam hal ini bagian dari teknik sipil) Secara konseptual perubahan sudah terlihat, namun secara praktiknya belum juga ada perubahan karena para pelakunya masih menggunakan jurus-jurus orde baru. sehingga “apa yang di harapkan (de sollen) tidak seperti apa yang terjadi “(desinne). Beberapa kasus yang terjadi di Indonesia di tahun 2008 antara lain sebagai berikut:
runtuhnya bangunan-bangunan sekolah sehingga menghambat proses belajar mengajar, kemudian rusaknya jalan raya yang mengakibatkan terhambatnya jalur perekonomian darat.
banjir di beberapa kota besar yang memakan banyak korban.
Ini semua adalah fenomena-fenomena social yang membutuhkan peranan orang teknik sipil. para praktisi di bidang konstruksi masih mengadopsi pola-pola lama. Hal ini juga tidak bisa kita pasrahkan kepada pemerintah maupun orang tata Negara untuk menciptakan sistem yang lebih baik. Tetapi lebih dari itu, kita sebagai orang teknik sipil sudah harus merefleksikan kembali dan mereposisikan ilmu rekayasa konstruksi dalam perubahan negara. Selain itu perlu kita pahami bahwa tidak ada bedanya orang sains dan orang-orang ilmu social dalam hidup bermasyarakat tapi yang membedakan keduanya adlah bagaimana kemudian memposisikan ilmu nya di tengah-tengah masyarakat. Sehingga dengan memposisikan diri sebagai makhluk social maka kita akan menemukan dimana sebenarnya peran kita masing-masing dalam hal ini peran kita sebagai orang teknik sipil teknik sipil. Dari sana kita bisa mengerti apa yang seharusnya kita kerjakan. Seperti apa yang dikatakan dalam al-qur’an bahwa :
“ wahai orang-orang beriman, jadikanlah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapakmu dan kerabatmu. Jika ia kaya atau miskin maka allah tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena keinginan menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutarbalikan atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya allah adalah maha mengetahui segala apa yang kamu kerjakan. “ ( QS. 4:135)

Ayat tersebut telah memperingatkan kita bahwa bagaimana kita lebih mengedepankan keadilan dan lebih menegakan kebenaran. Artinya bahwa kita sebagai para praktisi yang mewarisi ilmu teknik sipil seyogyanya menerapkan ilmu tersebut pada tempatnya. Survey membuktikan bahwa tingkat korupsi diindonesia menduduki posisi 5 besar di dunia dan yang paling menyedihkan lahan korupsi paling banyak bermuara di proyek-proyek konstruksi. Ini menjadi indikasi bahwa sebenarnya keterlibatan para praktisi di bidang jasa konstruksi mentalitasnya masih belum berubah. Pada umumnya para pelakunya sudah menuadari tindakan tersebut tapi mereka mengganggap ini sebuah budaya bangs Indonesia yang syarat dengan korupsi.
Selain itu kepekaan terhadap situasi social sangat kecil, sehingga kita juga kurang mampu mengukur kebuthan masyarakat yang sesungguhnya. Tidak jarang perencanaan proyek hanya mengejar target-target tertentu dan mengejar keuntungan tanpa mempedulikan masyarakat. Ini bisa dillihat beberapa kasus seperti ;
penggusuran PKL dengan alibi penertiban akibatnya tergusur pula sekian mata pencaharian kaum miskin kota.
Perampasan tanah masyarakat untuk pembangunan. Seperti yang terjadi di Sulawesi selatan beberapa bulan lalu. Kemudian perampasan tanah di jawa tengah untuk pembangunan pabrik Semen Gresik.
Pembangunan-pembangunan real estateareal-areal terlarang seperti dijakarta sehingga mengakibatkan banjir rutin yang selalu bermuara di pemukiman orang-orang pinggiran di Jakarta.
Itulah beberapa kasus dari pendistorsian makna ilmu dan hilangnya idealism ilmu. para praktisi hanya mementingkan dkeuntungan sendiri tanpa memperdulikan dampak kepada masyarakat lain. Setelah melihat problema masyarakat kita, yang jadi pertanyaan kemudian bukan pekerjaan apa yang hendak kita tekuni nanti atau agama apa yang hendak kita pilih nanti, tapi yang menjadi pertanyaan sesungguhnya adalah apa yang harus kita lakukan dengan ilmu yang kita punya (ilmu teknik sipil)? Bagaimana cara melakukannya? Dan Dari mana kita harus memulainya?

.Apa yang harus kita lalukan dengan ilmu yang kita punya ( Ilmu Teknik Sipil)?

Pergilah ke rakyat, sayangilah mereka, cintailah mereka, bekerjalah bersama mereka, mulailah dari apa yang mereka bisa, dan ketika perubahan itu datang, biarlah mereka berkata kamilah yang mengerjakannya…. Lao Tze

Perkembangan masyarakat dan ilmu pengetahuan masyarakat Indonesia hari ini dalam masa transisi untuk menuju arah yang lebih baik atau bahkan menuju arah yang lebih buruk. Itu semua tergantung pada kita masyarakat Indonesia.


BERKARYALAH UNTUK KEMANUSIAAN

0 komentar:

Posting Komentar