Mencari Jejak Di alam

Saya Berenang di Samudra Kehidupan dan belajar menerjang setiap deruh ombak. sembari meneguk Hikmah hidup.

Mencari Jejak Di alam

Saya Berenang di Samudra Kehidupan dan belajar menerjang setiap deruh ombak. sembari meneguk Hikmah hidup.

Mencari Jejak Di alam

Saya Berenang di Samudra Kehidupan dan belajar menerjang setiap deruh ombak. sembari meneguk Hikmah hidup.

Mencari Jejak Di alam

Saya Berenang di Samudra Kehidupan dan belajar menerjang setiap deruh ombak. sembari meneguk Hikmah hidup.

Mencari Jejak Di alam

Saya Berenang di Samudra Kehidupan dan belajar menerjang setiap deruh ombak. sembari meneguk Hikmah hidup.

Selasa, 09 November 2010

TUHAN BERSABDA LEWAT ALAM

TUHAN KEMBALI MEMPERINGATI MANUSIA LEWAT ALAM

Rabu, 20 Oktober 2010

Insan Pergerakan

Ku tau, rizkiku tidak akan di ambil orang lain,
maka aku menyibukan diri untuk mencari hak-ku..
ku tau, amalku tak akan di tanggung siapapun,
maka kusibukan diriku untuk beramal..
kutahu aku dilahirkan di dunia bukan sia-sia
maka ku berusaha untuk berbuat yang terbaik untuk sesama mahluk
kutahu jodohku takan kemana,
maka ku selalu bertawakal untuk itu..
ku tahu allah selalu melihatku
maka ku malu untuk berbuat yang dia tidak suka...
ku tahu, tuhan maha adil,
maka ku tidak akan membiarkan ketidak adilan sesama manusia
ku tahu, terlahirkan sebagai Khalifah di muka bumi,
maka ku berusaha untuk menjadi manusiap embawa rachmat ilahi...
ku tahu islam sebagai agama penyelamatan,,
maka kucoba maknai islam sebagai agama Praksis, agam kaum tertindas..

Ayah

salam untukmu ayahku
engkau terbaring tak berdaya
namun masih sempat engkau memikirkanku

ayahku yang jauh disana
aku masih ingat sabdamu kala itu
dengan air matamu, engkau telah memberiku isyarat kasih sayang

ayah....
walau hanya dengan do'a mu
aku masih yakin akan keberhasilanku

mungkin aku tidak akan sanggup membalas budimu
namun aku telah berjanji, untuk memberikan kebanggaan untukmu
aku janji, aku akan membuat kau bangga menjadi ayahku

do'amu adlah senjatahku
sedihmu adalah semangatku
sabdamu adalah perangaiku
dan hiburanku ada dalam senyummu

cepat sembuhya ayah....
I Love You Forever







Selasa, 19 Oktober 2010

Shearing Ungkapan Para filosuf

Antonius DPermana Siboro Mari Kita Saling Tukar Kata Kata Filosofi, Khususnya Yg Kamu Suka, Sekaligus Menambah Wawasan Filsafat Kita.

HEGEL : "Segala Sesuatu Yang Nyata Adalah RASIONAL, Segala Sesuatu Yang Rasional Adalah NYATA"

Gus Nal mbah samin: ono niro mergo ningsun. ono ningsun mergo niro...
artinya=aku ada karena kamu dan kamu ada karena aku

Andreas Purwo Santoso Sidharta Gautama : Biarlah pikiran berfungsi bebas dan tidak melekat pada apapun..

Yanti Kusumastuti Nietzsche: Kalau kau ingin menjulang tinggi, gunakan kakimu sendiri. Jangan biarkan dirimu dijunjung orang; jangan kau duduk di atas punggung dan kepala orang2 lain.

W-die Binsvoc Yesus: "Orang yang mengetahui segala sesuatu tetapi tidak memiliki dirinya sendiri, ia tidak memiliki apapun"

Billy Chappy Tetapi manusia tidak dibuat untuk kekalahan. Seorang pria dapat dimusnahkan tetapi tidak dikalahkan.
-Ernest Hemingway-

Linus Heru Wicaksono Jadi inilah neraka. Aku tak pernah akan percaya. Kau ingat apa yg diceritakan kepada kita tentang kamar2 siksaan, api & belerang tanah aspal yg menyala. Dongengan nenek2 tua belaka! Kita tidak memerlukan besi yg panas membara. Neraka adalah orang lain!
=Jean Paul Sartre=

Adam Azano gak mau kalah dari bung baso
lukisan yang indah tak terdiri dari satu warna, musik yang indah tak terdiri dari satu nada,dan dunia yang indah tak terdiri dari satu orang saja,, Adam Azano

Billy Chappy saya duduk di sebelah kanan dewan (conservative) dan kontra revolusioner, sosialisme hanyalah sampah makanan sisa yg hendak dipungut lagi.

Yrgn Z'vi terus: scientia potentia est "For also knowledge itself is power" [Lord Bacon]

Herman Syah Jangan pernah mengatakan kepada orang lain bagaimana mengerjakan sesuatu, tapi sebut saja apa yang mesti dia lakukan, niscaya mereka akan mengjutkan anda dengan kemampuannya
==George S.Patton==

Yandri Lawalata ”Cobalah dulu,baru cerita. Pahamilah dulu,baru menjawab. Pikirlah dulu,baru berkata.Dengarlah dulu,baru beri penilaian .Bekerjalah dulu,baru berharap.
,,,Socrates.,,,,
Steven Shinoda Polapa semua apa yg tercantum disini akan menjadi kisah klasik kita dimasa tua (steven shinoda)

Sang Tunas Plato berkata ,”Orang yang berilmu mengetahi orang yang bodoh karena dia pernah bodoh,sedangkan orang yang bodoh tidak mengetahui orang yang berilmu karena dia tidak pernah berilmu”.

Mencari Hakikat : Darah Muda adalah darah yang berapi-api (rhoma irama)

TEMA CINTA

Pada suatu saat, Socrates mengajak beberapa muridnya berjalan-jalan setelah mereka belajar mengenai filsafat, mereka adalah Aristodemus, Apolloderus, Aghaton dan Plato. Dalam perjalanan pagi itu, para murid bertanya tentang hakikat yang paling hakiki dalam kelangsungan hidup manusia, yaitu beranak pinak. Setelah dijelaskan secara rinci dan transparan oleh sang filsuf, maka Plato salah seorang murid kesayangan Socrates memberanikan diri untuk bertanya, “Apa hakikatnya Cinta itu..!”

Sang Filsuf terdiam sejenak dan merenung serta berujar pada Plato :” Mengapakah kamu perlu menanyakan hal tersebut ? Sang murid menjawab "Wahai guru yang bijak, aku saat ini sedang mengalami perasaan tentang apa yang disebut orang, jatuh cinta”.

Sang bijak-pun menjawab pertanyaan Plato...... Experto dico (aku berbicara sebagai orang yang berpengalaman) :” Pergi sekarang juga tanpa kompromi ke dalam hutan di depan sana, dan carilah bagiku sebatang pohon apapun yang menurutmu paling indah, paling sehat dan yang paling berkenan dalam penglihatanmu, potonglah dan bawa kepadaku”.!!!

Plato-pun menjalankan perintah sang guru dengan takzim dan berjalanlah dia menjelajahi hutan tersebut, memang di dalam hutan tersebut dia melihat dan menemukan bermacam-macam pohon yang indah-indah, pada saat mata Plato melihat sebatang pohon yang terlihat indah, hatinya mengatakan bahwa hutan itu begitu luas dan masih banyak pohon yang lebih indah di dalam sana, demikian terjadi berulang kali dan tanpa terasa, senjapun merayap turun, dengan langit yang berwarna lembayung, Plato bergegas kembali pulang tanpa membawa pohon yang diinginkan oleh sang fisuf.

Melihat Plato sudah kembali, Socrates pun bertanya :” Muridku…..manakah pohon yang kupesankan kepadamu itu?”Plato pun menjawab kepada Socrates :” Wahai guruku….aku memang telah berjalan sepanjang hari di dalam hutan tersebut, dan memang telah aku lihat bermacam-macam pohon yang indah, kuat dan sehat, tetapi guruku…setiap kali aku akan memotong pohon tersebut, aku ragu-ragu, dan hati kecilku berkata, hutan masih luas dan di dalam sana masih banyak pohon yang lebih indah, oleh sebab itu aku tidak memotongnya. Tanpa terasa ya sang bijak……senja pun turun dan aku bergegas pulang sebelum temaram senja menjadi gelap……. Maafkan aku wahai guruku karena aku tidak membawakan bagimu pohon yang guru inginkan.”

Socrates pun tersenyum dan mengatakan pada Plato:” Muridku…kau sebenarnya telah melakukan tanpa kau sadari tentang Hakikat Cinta, yaitu manakala engkau belum puas dan menemukannya, maka kau akan terus mencari dan mencari, melihat sesuatu dan membandingkannya dengan yang lain, sehingga kehampaan yang kau dapatkan."
Keesokan paginya, bertanya pulalah Plato kepada Socrates…guru sekarang aku sudah memahami hakikat cinta, tetapi apakah perbedaannya dengan hakikat perkawinan?
Mendengar ucapan muridnya tersebut, Socrates tersenyum sambil menggosok janggutnya dan berkata pergilah kembali ke dalam hutan itu dan lakukanlah seperti yang kuperintahkan kemarin.


Sebagai murid yang baik, Plato pun menjalankan tugas yang diperintahkan oleh sang guru. Kurang lebih sebelum pukul 12 siang, Plato pun sudah kembali dengan membawa sebatang pohon Zaitun yang elok dan segar yang dipersembahkan kepada sang guru, dan bertanyalah Socrates kepadanya : “Muridku…apakah ini adalah pohon yang terbaik yang kau temui di hutan sana..? Plato pun menjawab :” Guru…inilah pohon yang baik dan segar yang kudapatkan, walaupun aku tahu pohon ini bukanlah pohon yang terbaik di dalam hutan sana, tetapi aku memilih pohon ini karena aku tidak mau terulang lagi seperti kemarin, yaitu pulang dengan tangan hampa.


Sambil mengusap janggutnya sembari tersenyum, Socrates menjelaskan pada Plato:” Itulah “Hakikat Perkawinan”, di mana engkau berani memutuskan memilih yang baik menurut pandanganmu dan walaupun engkau tahu bahwa itu bukanlah yang terbaik, di sinilah engkau menentukan sikap dalam memilih, di mana perkawinan adalah pengambilan keputusan yang berani, penyatuan dua hati, penyatuan dua karakter yang berbeda di mana dua insan ini harus dan berani berbagi serta menyatukan dua pandangan menjadi satu dalam menerima kekurangan dan kelebihan pasangannya.


Sumber forum filsafat

Surat Dari Ibu Untuk Anaknya

Anakku…



Ini surat dari ibu yang tersayat hatinya. Linangan air mata bertetesan deras menyertai tersusunnya tulisan ini. Aku lihat engkau lelaki yang gagah lagi matang. Sejak dokter mengabari tentang kehamilan, aku berbahagia. Ibu-ibu sangat memahami makna ini dengan baik. Awal kegembiraan dan sekaligus perubahan psikis dan fisik. Sembilan bulan aku mengandungmu. Seluruh aktivitas aku jalani dengan susah payah karena kandunganku. Meski begitu, tidak mengurangi kebahagiaanku. Kesengsaraan yang tiada hentinya, bahkan kematian kulihat didepan mataku saat aku melahirkanmu. Jeritan tangismu meneteskan air mata kegembiraan kami.



Berikutnya, aku layaknya pelayan yang tidak pernah istirahat. Kepenatanku demi kesehatanmu. Kegelisahanku demi kebaikanmu. Harapanku hanya ingin melihat senyum sehatmu dan permintaanmu kepada Ibu untuk membuatkan sesuatu.



Masa remaja pun engkau masuki. Kejantananmu semakin terlihat, Aku pun berikhtiar untuk mencarikan gadis yang akan mendampingi hidupmu. Kemudian tibalah saat engkau menikah. Hatiku sedih atas kepergianmu, namun aku tetap bahagia lantaran engkau menempuh hidup baru.



Seiring perjalanan waktu, aku merasa engkau bukan anakku yang dulu. Hak diriku telah terlupakan. Sudah sekian lama aku tidak bersua, meski melalui telepon. Ibu tidak menuntut macam-macam. Sebulan sekali, jadikanlah ibumu ini sebagai persinggahan, meski hanya beberapa menit saja untuk melihat anakku.



Ibu sekarang sudah sangat lemah. Punggung sudah membungkuk, gemetar sering melecut tubuh dan berbagai penyakit tak bosan-bosan singgah kepadaku. Ibu semakin susah melakukan gerakan.



Anakku…



Seandainya ada yang berbuat baik kepadamu, niscaya ibu akan berterima kasih kepadanya. Sementara Ibu telah sekian lama berbuat baik kepada dirimu. Manakah balasan dan terima kasihmu pada Ibu ? Apakah engkau sudah kehabisan rasa kasihmu pada Ibu ? Ibu bertanya-tanya, dosa apa yang menyebabkan dirimu enggan melihat dan mengunjungi Ibu ? Baiklah, anggap Ibu sebagai pembantu, mana upah Ibu selama ini ?



Anakku...



Ibu hanya ingin melihatmu saja. Lain tidak. Kapan hatimu memelas dan luluh untuk wanita tua yang sudah lemah ini dan dirundung kerinduan, sekaligus duka dan kesedihan ? Ibu tidak tega untuk mengadukan kondisi ini kepada Dzat yang di atas sana. Ibu juga tidak akan menularkan kepedihan ini kepada orang lain. Sebab, ini akan menyeretmu kepada kedurhakaan. Musibah dan hukuman pun akan menimpamu di dunia ini sebelum di akhirat. Ibu tidak akan sampai hati melakukannya,



Anakku…



Walaupun bagaimanapun engkau masih buah hatiku, bunga kehidupan dan cahaya diriku…



Anakku…



Perjalanan tahun akan menumbuhkan uban di kepalamu. Dan balasan berasal dari jenis amalan yang dikerjakan. Nantinya, engkau akan menulis surat kepada keturunanmu dengan linangan air mata seperti yang Ibu alami. Di sisi Allah, kelak akan berhimpun sekian banyak orang-orang yang menggugat.



Anakku..



Takutlah engkau kepada Allah karena kedurhakaanmu kepada Ibu. Sekalah air mataku, ringankanlah beban kesedihanku. Terserahlah kepadamu jika engkau ingin merobek-robek surat ini. Ketahuilah, "Barangsiapa beramal shalih maka itu buat dirinya sendiri. Dan orang yang berbuat jelek, maka itu (juga) menjadi tanggungannya sendiri".



Anakku…



Ingatlah saat engkau berada di perut ibu. Ingat pula saat persalinan yang sangat menegangkan. Ibu merasa dalam kondisi hidup atau mati. Darah persalinan, itulah nyawa Ibu. Ingatlah saat engkau menyusui. Ingatlah belaian sayag dan kelelahan Ibu saat engkau sakit. Ingatlah ….. Ingatlah…. Karena itu, Allah menegaskan dengan wasiat : "Wahai, Rabbku, sayangilah mereka berdua seperti mereka menyayangiku waktu aku kecil".



Anakku…



Allah berfirman: "Dan dalam kisah-kisah mereka terdapat pelajaran bagi orang-orang berakal" [Yusuf : 111]



Pandanglah masa teladan dalam Islam, masa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam masih hidup, supaya engkau memperoleh potret bakti anak kepada orang tua.



Sumber : Almanhaj.or.id



http://www.pengusahamuslim.com/artik...k-hatinya.html

Surat Dari Ibu Untuk Anaknya

Anakku…



Ini surat dari ibu yang tersayat hatinya. Linangan air mata bertetesan deras menyertai tersusunnya tulisan ini. Aku lihat engkau lelaki yang gagah lagi matang. Sejak dokter mengabari tentang kehamilan, aku berbahagia. Ibu-ibu sangat memahami makna ini dengan baik. Awal kegembiraan dan sekaligus perubahan psikis dan fisik. Sembilan bulan aku mengandungmu. Seluruh aktivitas aku jalani dengan susah payah karena kandunganku. Meski begitu, tidak mengurangi kebahagiaanku. Kesengsaraan yang tiada hentinya, bahkan kematian kulihat didepan mataku saat aku melahirkanmu. Jeritan tangismu meneteskan air mata kegembiraan kami.



Berikutnya, aku layaknya pelayan yang tidak pernah istirahat. Kepenatanku demi kesehatanmu. Kegelisahanku demi kebaikanmu. Harapanku hanya ingin melihat senyum sehatmu dan permintaanmu kepada Ibu untuk membuatkan sesuatu.



Masa remaja pun engkau masuki. Kejantananmu semakin terlihat, Aku pun berikhtiar untuk mencarikan gadis yang akan mendampingi hidupmu. Kemudian tibalah saat engkau menikah. Hatiku sedih atas kepergianmu, namun aku tetap bahagia lantaran engkau menempuh hidup baru.



Seiring perjalanan waktu, aku merasa engkau bukan anakku yang dulu. Hak diriku telah terlupakan. Sudah sekian lama aku tidak bersua, meski melalui telepon. Ibu tidak menuntut macam-macam. Sebulan sekali, jadikanlah ibumu ini sebagai persinggahan, meski hanya beberapa menit saja untuk melihat anakku.



Ibu sekarang sudah sangat lemah. Punggung sudah membungkuk, gemetar sering melecut tubuh dan berbagai penyakit tak bosan-bosan singgah kepadaku. Ibu semakin susah melakukan gerakan.



Anakku…



Seandainya ada yang berbuat baik kepadamu, niscaya ibu akan berterima kasih kepadanya. Sementara Ibu telah sekian lama berbuat baik kepada dirimu. Manakah balasan dan terima kasihmu pada Ibu ? Apakah engkau sudah kehabisan rasa kasihmu pada Ibu ? Ibu bertanya-tanya, dosa apa yang menyebabkan dirimu enggan melihat dan mengunjungi Ibu ? Baiklah, anggap Ibu sebagai pembantu, mana upah Ibu selama ini ?



Anakku...



Ibu hanya ingin melihatmu saja. Lain tidak. Kapan hatimu memelas dan luluh untuk wanita tua yang sudah lemah ini dan dirundung kerinduan, sekaligus duka dan kesedihan ? Ibu tidak tega untuk mengadukan kondisi ini kepada Dzat yang di atas sana. Ibu juga tidak akan menularkan kepedihan ini kepada orang lain. Sebab, ini akan menyeretmu kepada kedurhakaan. Musibah dan hukuman pun akan menimpamu di dunia ini sebelum di akhirat. Ibu tidak akan sampai hati melakukannya,



Anakku…



Walaupun bagaimanapun engkau masih buah hatiku, bunga kehidupan dan cahaya diriku…



Anakku…



Perjalanan tahun akan menumbuhkan uban di kepalamu. Dan balasan berasal dari jenis amalan yang dikerjakan. Nantinya, engkau akan menulis surat kepada keturunanmu dengan linangan air mata seperti yang Ibu alami. Di sisi Allah, kelak akan berhimpun sekian banyak orang-orang yang menggugat.



Anakku..



Takutlah engkau kepada Allah karena kedurhakaanmu kepada Ibu. Sekalah air mataku, ringankanlah beban kesedihanku. Terserahlah kepadamu jika engkau ingin merobek-robek surat ini. Ketahuilah, "Barangsiapa beramal shalih maka itu buat dirinya sendiri. Dan orang yang berbuat jelek, maka itu (juga) menjadi tanggungannya sendiri".



Anakku…



Ingatlah saat engkau berada di perut ibu. Ingat pula saat persalinan yang sangat menegangkan. Ibu merasa dalam kondisi hidup atau mati. Darah persalinan, itulah nyawa Ibu. Ingatlah saat engkau menyusui. Ingatlah belaian sayag dan kelelahan Ibu saat engkau sakit. Ingatlah ….. Ingatlah…. Karena itu, Allah menegaskan dengan wasiat : "Wahai, Rabbku, sayangilah mereka berdua seperti mereka menyayangiku waktu aku kecil".



Anakku…



Allah berfirman: "Dan dalam kisah-kisah mereka terdapat pelajaran bagi orang-orang berakal" [Yusuf : 111]



Pandanglah masa teladan dalam Islam, masa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam masih hidup, supaya engkau memperoleh potret bakti anak kepada orang tua.



Sumber : Almanhaj.or.id



http://www.pengusahamuslim.com/artik...k-hatinya.html

Pendakian Merapi

Konon di puncak-puncak sana
Di kemegahan merbabu merapi
Pada Keangkuhan Sindoro Sumbing
Bersemayam dewi-dewi cinta dan keindahan
Yang auranya mampu menarik ribuan orang
tuk mengulurkan tangan
Menapakan kaki,
menembus selaksa kesulitan
Bersua dengan sang dewi keindahan
Yang kan membawa terbang menuju Alam keabadian
Menyatu dengan Sang Maha Abadi


Tepat tengah malam, kala purnama mulai condong ke barat, pendakian Merapi telah separuh jalan aku lalui. Di belakang dan di depanku ribuan pendaki merayap laksana barisan obor yang terus bergerak, bergelombang meniti satu demi satu bebatuan gunung dan menembus remang malam. Moment 17 Agustus memang merupakan pesta pendaki di puncak Merapi, yaitu ketika pagi hari saat detik-detik proklamasi, maka para pendaki pun melakukan upacara ala pendaki di daerah Pasar Bubrah, yaitu daerah landai dan datar sebelum memasuki puncak Garuda, puncak tertinggi Merapi. Apalagi pasa saat ini, akan dikibarkan seribu bendera di sepanjang pasar bubrah dan puncak Garuda.
Menjelang waktu subuh, aku dan rombongan telah menginjakan kaki di Pasar Bubrah, dan di sana telah ada ribuan pendaki yang beristirahat menunggu pagi datang. Mereka rata-rata memilih beristirahat dan tidak berani mendaki menuju puncak, sebelum terang karena kemiringan menuju puncak mencapai hampir 90 derajat. Sambil merebahkan tubuh menghilangkan kepenatan, kulihat ribuan gemintang di atas sana dan bulan pucat menggantung di ufuk Barat. Pada saat seperti inilah manusia semuanya merasakan keagungan Tuhan, Tuhan begitu besar dan manusia begitu kerdil lagi kecil. Manusia hanyalah setitik debu di hamparan bumi, dan bumi hanya laksana sebutir pasir di luasnya padang. Kalo sudah merasa seperti ini, tidak layak manusia kemudian menjadi sombong, menegakan kepala, membusungkan dada, yang ada hanyalah tertunduk, pasrah, dan menyerah. Perasaan seperti inilah yang disebut Rudolf Otto dalam The Idea of The Holly dengan numinous, yaitu perasaan yang mengharu biru, merasakan kekerdilan manusia, pengakuan akan keagungan dan adanya Tuhan Alam semesta.
Pagi harinya, ketika matahari telah mulai menghangatkan kulit, ribuan pendaki mulai bergerak lagi mendaki puncak tertinggi Merapi. Mereka begitu bersemangat menaiki tangga-tangga batu walau dengan nyawa taruhannya, karena sekali terpeleset, maka akan jatuh disertai dengan longsornya batu-batu. Sambil terus mendaki aku berfikir, ternyata manusia itu akan semangat dan merasa hidupnya benar-benar hidup ketika menghadapi tantangan dan lawan. Hidup menjadi berarti karena ada nilai perjuangannya, tetapi hidup menjadi mati jikalau tiada perjuangan. Seperti para pendaki ini, mereka menemukan kebahagiaan luar biasa ketika mencapai puncak setelah melalui perjuangan panjang lagi melelahkan. Jadi semakin menantang suatu medan, maka semakin bahagia ketika mampu menundukannya.
Pada saat matahari telah mulai meninggi, ribuan pendaki mulai pada turun dari puncak merapi. Pada saat itulah aku melihat beberapa pendaki mulai turun ke lembah-lembah di bawah Pasar Bubrah untuk memetik bunga Adelwis, yang diyakini sebagai bunga keabadian. Bunga yang memberikan makna berarti bagi sebagian pendaki, khususnya pendaki beginer, untuk mengungkapkan keberhasilannya mendaki suatu gunung dan kabadian cinta pada kekasihnya. Bunga Sdelwis sebagai bukti keberhasilan mendaki karena bunga ini hanya tumbuh pada ketinggian tertentu, yaitu hampir atau bahkan di puncak gunung. Dan bunga ini melambangkan keabadian karena memang bunga ini tidak mudah layu, bahkan sampai bertahun-tahun pun masih kelihatan segar di pandang mata. Maka bagi para pecinta, buah tangan paling berharga dari pendakian adalah bunga Adelwis yang melambangkan keagungan dan keabadian cinta.
Namun, ada yang melarang memetik bunga edelweis karnai tu melanggar etika dan aku melanggar titah itu sebagai orang awam dibidang ini, tapi ku tetap menganggap itu sebagai lambang keabadian. . Aku menjadi ingat akan syair sufistik Abu al-Qasim Bisyr Yasin, seorang Sufi Persia yang merupakan salah satu guru Abu Sa’id Ibn Abi al-Khair, seorang sufi pula:
Cinta yang sempurna
datang dari pecinta yang tidak mengharapkan apa-apa.
Apa yang lebih diinginkan dan berharga dari pemberian?
Sementara Sang Pemberi telah menjadi milikmu.
Bagiaman engkau menginginkan pemberian, sementara engkau memiliki Batu Bertuah?


aku ternyata bukan para pecinta sejati, hanya pengumbar nafsu mendaki dan perusak bunga-bunga alam. Bagi Abu al-Qasim seorang pecinta sejati tidak mengharapkan selain yang dicintanya. Bagi seorang pecinta alam sejati, maka cukuplah alam baginya, tidur berselimutkan malam, bangun bermandikan embun cahaya, dan mengigil bersama keindahan semesta.
Maka, bagi para sufi yang mengagungkan cinta sejati pada Rabb, surga dan neraka menjadi tidak penting lagi. Ada neraka atau tiadanya surga bukan merupakan motivasi ibadah dan munajat kepada Sang Khaliq. Cukup adanya ridla dari Sang Khaliq untuk menggerakan semua aktivitas, kepatuhan dan kepasrahan kepadaNya. Rabi’ah al-Adawiyah mengatakan dalam rintihan syairnya:
Ya Tuhanku..
Jika ibadahku karena takut akan nerakaMu
Maka masukan aku di dalamnya
Dan jika ibadahku karena mengharap akan surgaMu
Maka hancurkan dan hilangkan surga itu


Aku terus berjalan setapak demi setapak ke bawah dengan membawa ribuan hikmah, kepuasan, dan pelajaran berharga dari belaian alam. Ternyata, alam memang merupakan guru yang terbaik. Ia mendidik manusia dengan kadar kemampuan tubuh dan fikirannya. Alam tidak akan pernah memberikan pelajaran yang manusia tidak mampu menanggulanginya. Sedasyat apapun ia menyapa manusia, maka sedasyat itu pula pelajaran yang diberikannya. Maka salahlah para pendaki yang katanya pencinta alam ternyata malah merusak alam pendakian. Rupanya mereka belum mengerti pepatah pendaki sejati:
Leave nothing but footeprint
Kill nothing but time
Put nothing but picture

Mencari Hakikat

aku terlahir sebagai manusia lugu dimuka bumi
tangisan lahirku pertanda kesedihan karna berpisah dari klekasihku
dibuang, dilempar dalam lembah dosa

aku terlahir kedunia tanda perpisahan dari kekasihku
kekasih yang menjadikan aku dari tiada menjadi ada

aku terlahir, dia mengujiku untuk membuktikan keabsahan cintaku
kekasihku menyuruhku, pergi dan belajar untuk kembali kepadanya

kekasihku, sejak aku sadar tentang dirku
aku tidak ingin berpisah darihmu
namun seiring engkau mengajariku untuk pergi dan kembali
aku seakan kehilangan arah untuk kembali

kekasihku, engkau modali aku dengan Qalbu dan akal
engkau bimbing aku dengan al-kitab
namun kekasihku, sungguh tak dapat ku pungkiri bahwa aku tersesat
aku tersesat dijalanmu
izinkan aku untuk tetap tersesat selamanya di jalanmu
karna aku ingin kembali kepelukanmu.


By: Mencari Hakikat