Minggu, 04 Desember 2011

AKU DAN RUMPUT

(Fatwa Alam 02)

Rumput berkata : Diam Berarti tidak manusiwai  !! (Ary toteles)
Rumput hanyalah tumbuhan kecil yang merayap pada tanah atau batang pohon. Kita bisa temukan rumput dimanapun dan mungkin kesehariannya kita sering berjalan melewati nya bahkan menginjaknya. Mungkin bagi sebagian dari kita (manusia) adalah hal biasa. Karena,Dengan berukuran kecil sehingga rumput sering diabaikan oleh pejalan kaki. Sebagai mahluk hidup, rumput pun jadi bagian dari kita. Berkembang biak dan punya konstribusi real bagi manusia. Diantaranya Menghiasi taman-taman, pekarangan, dam jalan-jalan. Mungkin itu sebagian yang kita pahami dari rumput dan manfaat praktis dalam kehidupan. Tetapi tetap saja rumput bagi sebagian manusia hanyalah tumbuhan liar yang tak memiliki nilai (Bukan Harga) jual . menurutku (dalam pengertian maknawi),  rumput tak ubahnya manusia. Mempunyai harapan  untuk hidup tenang dan damai. Mungkin jika mereka mampu berkata-kata, maka pasti mereka akan mengeluh pada manusia dengan berkata  “jangan Babat kami, jangan babat kami, kami kaum kecil mau ditata namun tidak mau digusur”. 
Saya melihat eksistensi rumput tak jauh beda dengan masyarakat kecil suatu Negara berkembang seperti Indonesia. Bernaung dibawah satu bendera kebanggaan dan tunduk pada aturan dasar yang tidak mereka sepakati. Namun mereka terus menjalani hari-hari dengan harapan dapat hidup nyaman dan tentram. . . memang kenyataan tidak selalu seindah harapan. Para penguasa selalu saja mendiskriminasikan mereka. Menjadikan mereka obyek pelampiasan hasrat berkuasa. Rakyat kecil layaknya rumput, tidak lebih dari pion-pion yang meramaikan panggung kehidupan tapi tak punya arti khusus dimata orang-orang besar. Satu-satunya posisi rakyat dimata orang besar adalah obyek ekperimentasi konsep untuk mencapai harapan mereka (kaum konglomerat). Rumput pun demikian, mreka hanya dijadikan pelampiasan hasrat keindahan manusia. Ketika tidak dibutuhkan maka mereka akan digusur.  
Fitrah manusia adalah mahluk berpikir dan memiliki kehendak bebas. Pada titik ini kita dibedakan dengan mahluk hidup pada umumnya (khususnya rumput). Keberadaan rumput disekitar kita merupakan hikmah sekaligus gugatan/kritik atas eksistensi kita sebagai manusia.  sebagai mahluk berpikir, kita punya harapan untuk damai dan merdeka.  Disisi lain, kita juga mempunyai kehendak bebas untuk bertindak untuk mewujudkan keinginan (kehendak) kita masing-masing.  Saat aku melihat rumput (dipotong,dibabat,diinjak), aku merenung dengan perilakunya (rumput) yang  hanya diam dan diam. aku yakin mereka (rumput) punya alasan untuk tumbuh dan mekar dimanapun. Tetapi kenapa mereka selalu diam disaat “kebebasan mereka digugat (digusur)” oleh imaginasi atas keindahan manusia. 
Aku                 :  wahai rumput, aku tau kamu ingin bebas diseluruh sudut bumi. tapi disaat kebebasanmu diusik oleh manusia (sang khalifah bumi), kenapa kamu diam?
Rumput           : inilah takdirku.
Aku                 :lantas kalau begini takdirmu, kenapa tuhan harus menciptakanmu?
Rumput           : Jika aku tidak diciptakan, siapa akan menjadi rakyat untuk kamu (manusia)? Kamu adalah khalifah (raja/pemimpin) di alam semesta dan  aku (rumput)adalah bagian dari alam. Diamku bukan tanpa hikmah. Ingatkah tuhan kita pernah berkata    : “sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan selisih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal .(yaitu) orang-orang yang mengingat allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) : ya tuhan kami, tiadalah engkau mencip[takan ini dengan sia-sia”.(Q.S.Ali Imran :190-191).
Aku                 : apa pelajaran yang hendak kau berikan kami (manusia)?
Rumput           : aku hanya menghadirkan keindahan, aku bisa dijadikan obat, aku bisa dijadikan alas untuk tidur.  aku diam, aku menerima perlakuan sesama mahluk tuhan dengan semena-mena. Keberadaanku layaknya masyarakat disebuah Negara dan kalian manusia sebagai pemimpin (khalifah dimuka bumi). Namun aku ketika diperlakukan buruk oleh manusia, aku hanya bisa diam dan setia menjalani fitrahku sebagai tumbuhan kecil dan tidak mampu berkehendak bebas. Namun kalian (manusia) berbeda denganku, fitrah kalian sebagai mahluk berpikir dan berkehendak bebas harus dimanfaatkan. Itu anugrah dari tuhanmu. Ketika sesama (penguasa/pemerintah Negara)  kalian berbuat tidak adil, maka jangan DIAM.kalian adalah khalifah dimuka bumi, kalian memiliki fitrah berkehendak bebas. Kita (mahluk hidup) semua membutuhkan kedamaian dan keadilan. Sebagai khalifah, berbuatlah selayaknya khalifah. Jika kalian diam (melihat ketidakadilan, penindasan, penjajahan) maka tidak manusiwai !!! Sampaikan pesanku (rumput) kepada seluruh rakyat Indonesia agar “bergeraklah melawan ketidak adilan, jangan diam karena diam bukan fitrah manusia. Kalian bebas dan merdeka”.
Rumput diam, member kita pelajaran untuk bergerak.
Rumput diam, member kita isyarat untuk terus berpikir.
Hanya dengan diam, rumput mengajarkan aku menjadi manusia.
 (Ary Toteles inspirasi dari hampraran Rumput di Puncak Merbabu, Boyolali 2010)

0 komentar:

Posting Komentar