Oleh Ary Toteles
(Tulisan Ini hanya opini, tidak ada maksud menghina
ataupun menjelekan. Hanya ingin menguji metodologi penentuan criteria Buku best
seller di Indonesia).
Label Best Seller |
Beberapa
bulan lalu, disalah satu tokoh buku diyogyakarta mengadakan bazar buku murah.
Disana juga dipamerin buku-buku best seller dari beberapa penulis
nasional. Ada novel, buku motivasi, dll.
Namun aku agak keheranan dengan metode penempelan status best seller pada
beberapa buku tersebut. Terbesit dalam benakku, Apakah Harus menempatkan Label
Best Seller pada Cover buku tersebut? Kira-kira apa motiv dibalik penempelan
“Best Seller” pada cover buku tersebut?
Pertanyaan
diatas sangat naif atau terlihat bodoh oleh sebagian pembaca. Alasanku
sederhana ketika mengajukan pertanyaan tersebut. Karna ada sebagian besar buku
– buku yang laris sepanjang masa dan bahkan dicetak berulang-ulang, tapi kok
tidak ada Tulisan Best Seller pada Cover Buku tersebut. aku juga pernah membaca
dari beberapa Tulisan mencoba angkat tema Buku-buku terlaris didunia. Pertama
Judul Tulisan “100 Buku Terlaris Saat
Ini” dan Buku Harry Potter and the Sorcerer’s Stone,
J.K. Rowling, art by Mary GrandPré[1]
Menempati
Posisi pertama. Kemudian yang Kedua Judul “Buku-buku
Paling Laris di Dunia”
dengan menempat kan Buku A Tale of Two Cities. Buku ini merupakan buku paling laris di dunia dengan penjualan mencapai 200
juta ekslempar. Buku karya Charles Dickens ini pertama diterbitkan tahun 1859[2]. Kedua
tulisan diatas memiliki perbedaan pada waktu. Yang pertama lebih menitik
beratkan pada buku-buku kontemporer, sedangkan yang kedua secara keseluruhan. Jika
mengacu pada metode Judul tulisan yang kedua, maka ada pertanyaan yang muncul “Kenapa Tidak disertakan Kitab-kitab suci
dalam Daftar Buku-Buku terlaris tersebut”? alasannya sederhana, sebagian besar berasumsi bhwa penjualan Kitab suci
tidak mampu dideteksi angkap penjualannya. Selain itu juga, kitab-kitab suci sebagian besar
dibagi secara Cuma-Cuma (bukan Beli). Apakah hal ini benar? Ternyata
tidak!!, Pihak Wikipedia hanya dibatasi oleh data. Ada
Tulisan ketiga dengan Judul “Buku-Buku Terlaris Sepanjang Masa” dan Alkitab
menduduki Pringkat Pertama dengan Nominal Kitab yang sudah di cetak adalah 2.458.000.000 Exemplar. Sebuah
survei yang lebih baru, yang melakukan penelitian antara tahun 1972 sampai
dengan 1992, merujuk ke angka 6.000.000.000
ditulis lebih dari 2.000 bahasa dan dialek. Apapun angka yang pasti, Alkitab
adalah telah menjadi buku terlaris sepanjang masa.. " [3].
Selain itu juga, di iran, salah satu website pelajar Indonesia mengemukakan
bawha “angka penjualan al-Quran di Iran harus disebutkan fakta bahwa dalam
setahun tercatat 10 juta jilid al-Quran habis terjual di Republik Islam. Perusahaan-perusahaan
percetakan di Iran menyatakan bahwa untuk menjual 5.000 jilid al-Quran, hanya
diperlukan waktu kurang dari lima bulan, di saat untuk buku-buku atau kitab
lain dengan jumlah yang sama diperlukan waktu lebih dari satu tahun untuk
menjualnya[4].
Artinya bahwa kitab-kitab suci layak untuk dijadikan buku terlaris sepanjang
masa.
Lantas apa yang menjadi permasalahan dalam tulisan ini? Saya coba mengangkat Tema buku best Seller (buku terlaris di Indonesia). Menyadari
keterbatsan data percetakan buku seperti dialami Wikipedia, kemudian ambiguitas
penyimpulan dari beberapa tulisan diatas, maka saya mempersempit ruanglingkup
pembahasan dalam konteks Indonesia. Sehingga pertanyaan yang muncul kemudian, Buku
apa yang paling Laris Sepanjang Masa di Indonesia??
Ketiga
pertanyaan itu, menjadi landasan tulisan ini. Pada dasarnya tulisan ini
hanyalah kritik metodologi dan tidak ada unsur “SARA”. Sehingga ketika para
pembaca menyimak tulisan ini, Mohon disingkirkan prasangka buruk. Penulis mohon
maaf sebelum melanjutkan tulisan ini.. hihih..
Apa Itu Buku Best Seller?
Secara harfiah, “Best
artinya baik” dan “Seller adalah Terjual”. Saya definisikan “Best Seller”
sebagai sesuatu yang paling banyak terjual. Jadi “Buku Best Seller adalah Buku
yang paling banyak terjual atau dibeli oleh pembaca”.
Berapa Standar Buku Terjual
Untuk Jadi Best Seller?
Ada banyak standar dan criteria
best seller. Ini tergantung pada penerbit masing-masing. Misalnya Penerbit
Gramedia menentukan kriteria buku bestseller adalah
berhasil cetak ulang dalam waktu tiga bulan sejak terbit pertama kali. Selain itu,
Sementara itu sebuah buku dikategorikan bestseller oleh Mizan jika terjual
lebih dari seribu eksemplar per bulan.
Label bestseller sementara
ini baru bisa diartikan sebagai buku andalan dengan penjualan paling baik dari
penerbit bersangkutan. Kalau dilabel New Yor Times Bestseller, itu artinya buku
itu terlaris penjualannya menurut catatan harian di Amerika Serikat itu[5].
Lantas apa
masalahnya dengan standar terebut?
Problem penempelan buku best
seller sangat wajar. Namun apakah hal itu rasional? Ternyata tidak. Menurutku hal
ini hanya didorong oleh factor meraup untung. Karna sebagian besar buku-buku
yang dicetak mampu menembus criteria yang diajukan tersebut. Selain itu juga,
buku-buku yang menyandang status best seller banyak yang kurang berkualitas. Loh
kok bias begitu? Ya, buktinya buku-buku best seller masih tersimpan rapi di
Rak-rak toko buku.
Dari segi metodologi,
penentuan criteria ternyata kurang memadai. Misalnya penentuan buku-buku best
seller, jarang aku temui Kitab suci (buku agama) dijadikan sebagai buku best
seller. Jika mengacu pada criteria yang ditentukan oleh gramedia, Kitab-kitab
suci menduduki peringkat pertama di Indonesia. Kenapa demikian? Sementara
Wikipedia mengatakan sulit mendeteksi angka penjualan kitab suci dan sebagian
besar dibagi bukan dibeli? Sebenarnya penyataan Wikipedia sudah
terbantahkan oleh penilitian pelajar Indonesia di iran maupun upaya Vatikan
menulusuri volume cetakan Kitab suci. Tetapi sangat tidak adik jika aku tidak
mengutarakan pendapatku. Jadi begini, Pengalamanku di kampus-kampus islam, tiap
tahunnya setiap mahasiswa “menerima” kitab suci Al-qur’an. Pemberian Kitab Suci
oleh pihak kampus ke mahasiswa bukan Cuma-Cuma, tapi mahasiswa membeli sudah
dibayar sekalian dengan “Biaya Registrasi”. Jika demikian adanya, maka tinggal
dikalikan Tiap tahunnya “Berapa Jumlah mahasiswa kampus UIN diseluruh Indonesia,
ditambah kampus-kampus islam Swast lainnya”. Jika angka dikalkulasi, maka akan
menembus 1 Juta Pertahun Ajaran. Artinya criteria yang diajukan oleh Gramedia
maupun penerbit lainnya sudah mampu ditembus oleh Penjualan Al-qur’an. Selain itu,
jika mengacu pada Sekolah-Sekolah Tingkat SD,SMP,Maupun SMA, maka akan bertambah
banyak penjualan pertahuannya. Begitupun Sekolah-sekolah berlatar keagamaan
lainnya seperti Kristen, Protestan, Hindu, mauapun budha. Sehingga tidak ada
alasan untuk tidak member Label Best Seller pada Kitab-Kitab Suci. Lalu
bagaimana dengan penentuan paling laris diantara Buku Agama-agama tersebut (kitab
suci)? Bagiku jawabannya sederhana, tinggal kita kalkulasikan Penduduk
terbanyak di Indonesia. Diantara Agama-agama tersebut, apa agama yang paling
banyak dianut oleh penduduk Indonesia, maka “Kitab Suci agama tersebutlah yang
menjadi Buku terlaris Sepanjang Masa.
Pada tahun 2010, kira-kira
85,1% dari 240.271.522 penduduk Indonesia adalah pemeluk Islam, 9,2% Protestan,
3,5% Katolik, 1,8% Hindu, dan 0,4% Buddha[6]. Dari
presentasi diatas, saya memberi urutan
Buku terlaris sepanjang masa di Indonesia berdasarkan angka statistic tersebut.
Urutan buku terlaris Sepenjang Masa Di Indonesia Sebagai Berikut :
1. AL-Qur’an (Kitab Suci Umat Islam)
2. Injil (Kitab Suci Umat Katolik
dan Protestan)
3. Veda (Kitab Suci Umat
Hindu)
4. Vinaya Pitaka, Sutta
Pitaka, Abhidhamma Pitaka (Kitab Suci Umat Budha)
[2] http://uniqpost.com/33690/10-buku-terlaris-di-dunia/
[3] http://www.goodreads.com/topic/show/705930-buku-terlaris-sepanjang-masa
[4]http://indonesian.irib.ir/al-quran/-/asset_publisher/b9BB/content/al-quran-kitab-terlaris-di-dunia-dan-di-iran
[5] http://blog.tempointeraktif.com/buku/hare-gene-masih-beli-buku-bestseller/