Jumat, 25 November 2011

Aku Berdebat Dengan Iblis

Ary Toteles...

Ini berawal dari salah satu forum disitus jejaring social , aku di undang seorang teman diforum filsafat. Forum tersebut hanya dikhususkan untuk  “Filsafat Dan Logika”. Berhubung aku sangat berminta dengan wacana filsafat, maka akupun bergabung.
Disana (forum) Pikirku ternyata banyak juga peminat filsafat di Indonesia. Sebelum masuk forum tersebut, dalam benakku bahwa “filsafat “ dimata anak bangsa Indonesia hanyalah omongan sampah yang tak punya peminat. Namun setelah masuk bergabung disitu, cukup banyak manusia Indonesia yang “menekuni filsafat”.
Keberagaman aliran filsafat yang dianut anggota group jadi factor terpenting mendorong dinamika forum tersebut. Banyak tema yang yang coba diangkat dalam forum itu, namun sebagian besar membahas eksistensi tuhan. Mmmm pembahasan yang pelik…
Sempat terlintas Dalam benakku, apa agama orang orang ini?  Maksudnya, ternyata masih banyak manusia yang tidak puas dengan kata “tuhan”. mereka menggugat konsep konsep ketuhanan. Apakah ini seuatu ketidak puasan terhadap “kaum teolog” atau memang manusia tidak suka dengan adanya tuhan? Mmmm, resah, tapi kusadar kalau ini forum filsafat. Sudah menjadi hal biasa berimajinasi sampai mendekonstruksikan nilai atau konsep-konsep yang sudah mapan. Inilah corak pemikiran yang sedang berkembang dizaman kita ini. Bisa dibilang zaman postmodern yang cirri khasnya adlah mempertanyakan kembali (dekonstruksi) konsep yang sudah mapan diera modern. Hematku ,Ini merupakan satu bentuk kritik terhadap wacana modernitas yang dinilai tak mampu menjawab krisis spiritual serta matinya kemanusiaan. Salah stau pelopor post moden adalah nietzhe yang terkenal dengan pernyataannya bahwa “Tuhan telah mati”.
Setelah lihat lihat tema yang ditawarkan diforum tersebut, aku tertarik dengan salah satu topic digroup itu. Kurang lebi begini pertanyaanya:  “apakah tuhan itu ada”?bagaimana dengan gugatan iblis terhadap tuhan bahwa jika adam berdosa atas hasutanku? Lantas atas hasutan siapa aku menggoda adam?
Pernyataan ini sebenarnya maslah klasik didunia filsafat. Dieropa pada abad pertengahan, arus besar pemikiran manusia (filsafat) berkutat pada wacana eksistensi tuhan dan eksistensi manusia.  Pergulatan antara “teosentris” VS “antroposentri” menjadi tema besar dalam sejarah eropa di zaman itu. Hingga mencapai puncak pada Renaisance.
Menurutku, disini sebenarnya titik kritik ketuhanan, karena para pelaku agama mengatas namakan tuhan untuk mengeksploitasi sesame manusia. Ketidak puasan atas pembunuhan sisi kemanusiaan yang mendorong perdebatan panjang dalam sejarah pemikiran manusia yaitu antara agama dan filsafat.
Lantas bagaimana dnegan perkembangan pemikiran didunia timur?
Tak bisa dipungkiri, arus peerkembangan filsafat dari dunia barat sangat berpengaruh terhadap peradaban timur. Pasca revolusi perancis, kemudian era renaissance dan aufklarung, banyak Negara-negara asia merdeka. Semua itu tak lepas dari arus besar pemikiran eropa. 
Kembali ke tema utama yang hendak kubahas bahwa, “apakah tuhan itu ada”?bagaimana dengan gugatan iblis terhadap tuhan bahwa jika adam berdosa atas hasutanku? Lantas atas hasutan siapa aku menggoda adam? Pertanyaan ini bagi sebagian orang khususnya kaum teolog murni, dianggap pertanyaan yang sesat bahkan tak berguna, namun bentuk pertanyaan seperti ini yang perlu kita diskusikan dan kaji lebih jauh. Hemat saya, hadirnya pertanyaan seperti itu adalah satu tantangan bagi agama untuk kemudian melawan arus besar pemkiran “ manusia”. Bersandar pada kitab suci, namun sejauh mana mampu kebenaran agama monoteis tersebut. Munculnya pertanyaan seperti itu tak lepas dari situasi sosial. Contohnya  di indonesia sebagai negara berasas pancasila dan berketuhanan yang maha-esa (agama) masih banyak terjadi tindakan “kriminal (teror, separatis, dll)” yang mengatas namakan agamana. Dalam kondisi seperti ini, kepercayaan masyarakat terhadap kebenaran agama sebagai sumber “kedamaian dan keselamatan” malah melahirkan teror dan ketidak nyamanan pada manusia. Disinilah sebenarnya tantangan kita sebagai manusia “beragama dan bangsa berbudaya” untuk bagaimana membumikan nilai nilai perdamaian abadi dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia. Hahaha sok nasionalis mode on..hahah
Sudah pasti pembaca bertanya, kenapa saya mengambil Judul “aku berdiskusi dengan Iblis”? padahal tulisanku hanyalah deskripsi perjumpaanku dengan teman-teman diforum flsafat. Lantas korelasinya dengan komunikasi interaktif dengan iblisnya diamana? Dan apa sebenarnya iblis yang ku maksud?
Sebagai seorang muslim yang percaya dengan eksistensi tuhan, saya juga ingin mengajukan pemikiran saya terkait pola pola pertanyaan dekonstruktif seperti pertanyaan diatas. disatu sisi, ku anggap satu ancaman serius bagi kalangan umat muslim. terutama bagi kalangan intelektual yang suka bergelut dalam dunia filsafat. Kenapa para intelektual?  karena kecendrungan kaum intelektual muslim dalam mempelajari filsafat banyak mengacu pada corak pemikiran barat. disisi lain, upaya kaum teolog menutup diri dari serangan pernyataan  filosofis seperti ini. Alih-alih paranoid dengan perdebatan kaum mu’tazila dengan para teolog diabad 7 hijriah. Dimana filsafat dinilai sebagai produk yunani dan notabenenya adalah kaum kufur. Mmmm.. kalo sudah ada kata “kuffut” pasti diindentikan dengan hasutan iblis.. mmmm.. bingung deeh..hahaha... dari kaum filusuf, hendak meniadakan tuhan,,, dari kalangan awam yakin akan keberadaan tuhan, tapi mereka lebih yakin kalo iblis lebih dekat dengan mereka... hahahahhaha dikit dikit iblis, dikit dikit iblik..hahah...lantas iblis itu apa? Segalanya diidentikan dengan iblis, padahal iblis pun tidak nyata.. apakah hanya oposisi binner antara kebaikan (tuhan) dan kejehatan (iblis)?? Hahaha

Bersambung......................

0 komentar:

Posting Komentar